Minggu, 10 Januari 2016

Tradisi Bancakan

Tradisi Bancakan

Masyarakat jawa mempunyai cara tersendiri untuk memperingati hari kelahiran anak mereka. Berbeda dengan masyarakat perkotaan yang memperingati hari ulang tahun, di Desa Banyumeneng upacara peringatan ini dilakukan pada weton anak. Jikalau pada masyarakat perkotaan cara memperingati hari kelahiran adalah dengan kue ulang tahun dan nasi kuning, pada tradisi bancakan di desa Banyumeneng hanya menggunakan nasi putih dan gudangan.
Bancakan merupakan kata turunan dari kata ancak yang merupakan tempat untuk menaruh nasi putih dan pecel atau gudangan dengan ikan asin atau krupuk. Masyarakat Desa Banyumeneng percaya bahwa setiap anak yang dilahirkan pasti mempunyai penjaga yang berwujud makhluk halus milik para leluhur. Untuk itulah, sebagai wujud terimakasih kepada para leluhur karena telah menjaga dan merawat anak dilaksanakanlah tradisi bancakan ini.
Tradisi ini dilaksanakan pada pagi hari sesaat setelah matahari terbit. Hal ini dilakukan agar suasana damai dirasakan oleh anak yang di bancaki tadi. Cara makan dalam tradisi ini juga terbilang unik, yakni para masyarakat memutari makanan yang berada pada ancak sambil jongkok kemudian memakannya secara bersama. Hal ini dilakukan sebagai wujud bahwa antar sesama masyarakat mempuyai derajat yang sama.
Acara inti pada tradisi ini adalah makan bersama. Setelah itu adalah acara pembuangan ancak yang didalamnya telah diberi uang receh pada pertigaan atau perempatan jalan. Acara ini menjadi acara kesukaan anak-anak, karena anak-anak dengan riang gembiranya saling berebut uang receh yang berhamburan di jalanan.

Secara lengkapnya, prosesi tradisi bancakan adalah sebagai berikut:
1.        Orang tua anak yang akan di bancaki memasak nasi dan gudangan
Gudangan ini terbuat dari sayuran yang telah di iris-iris kemudian di kukus dan ditaburi sambal kelapa.
2.        Setelah Nasi dan gudangan matang, kemudian di taruh pada ancak yang telah di alasi daun pisang.
Di dalam ancak ini, diberi beras, daun alang-alang yang telah diikat dan uang recehan. Hal ini dimaksudkan agar anak dapat menjagi orang yang berkecukupan baik dalam makanan, kesehatan dan keuangan.
3.        Setelah semua siap, ancak tadi dibawa kepada sesepuh (kakek,nenek atau orang yang dianggap tua) untuk di doakan.
Doa disini di khususkan kepada anak yang akan di bancaki, dan biasanya memakai bahasa arab.
4.        Setelah di doakan, ancak akan dibawa keluar rumah, dan selanjutnya pihak tuan rumah akan mengundang masyarakat sekitar untuk makan bersama.
5.        Kemudian acara inti yaitu makan bersama, para masyarakat memutari ancak sambil jongkok dan memakannya secara bersama.
Cara makan disini menggunakan tangan langsung atau disebut muluk.
6.        Setelah ancak habis, pihak tuan rumah akan membuang sisa ancak tadi di pertigaan atau perempatan jalan.
Hal ini dimaksudkan agar sang anak selalu diberikan keselamatan terutama ketika berada di jalanan. Dalam hal ini, anak-anak kecil sangat antusias untuk berebut uang receh yang sebelumnya telah ditaruh dalam ancak

Tidak ada komentar: